Model Konseling Berbasis Rilis Emosi

Santri Khairunnas Madura IBS sedang melakukan bimbingan konseling dengan ustadzah.

Kuswatul Masfufah Zain dalam tulisan Tantangan Parenting di Era Generasi Strawberry (2024)  dalam alinea penutup menyimpulkan bahwa model parenting melalui pola asuh orang tua menentukan terhadap tumbuh kembangnya anak secara sosiologis maupun psikologis, baik anak yang berada di pesantren maupun non pesantren. Sebab, perasaan overthingking memiliki dampak yang sangat patologis termasuk yang berbahaya dapat menyerang mental anak. Bahkan Deddy Corbuzier dalam Podcastnya menyatakan tantangan relasi anak dengan orang tua bukan hanya anak yang dilabeli sebagai generasi strawberry, melainkan orang tua juga merupakan orang tua strawberry yang sering luluh ketika anak menginginkan sesuatu. Artinya, dalam pola asuh orang tua sering kalah dengan keinginan anak dengan alasan ‘kasian’ atau ‘tanda sayang’, dan itulah tantangan parenting kita hari ini.

Begitupun di dunia pesantren, tantangan terberat Khairunas Madura Islamic Boarding School (IBS) bukan hanya terletak pada bagaimana lembaga pesantren memiliki produktifitas dalam membangun infrastruktur pesantrennya melainkan bagaimana lembaga pesantren mampu membangun intelektualitas, mentalitas dan jiwa kemandirian yang merupakan basis utama dalam membangun karakteristik santri di tengah tantangan globalisasi,  digitalisasi dan indoktrinasi paham sekulerisme yang terus mengakar.

Salah satu kegiatan penting yang Khairunnas Madura IBS lakukan yakni melalui kegiatan Kesiswaan dengan menanamkan jiwa competitiveness dan membangun rasa optimism yang tinggi pada santri untuk tidak memiliki perasaan overthinking dalam pengembangan akademiknya, sehingga berbagai kegiatan pembinaan ekstrakulikuler dilakukan dengan konsisten, termasuk membangun kepercayaan diri santri mengikuti berbagai lomba tingkat lokal, regional dan nasional. Hal ini tentunya dilakukan dengan menggunakan pendekatan persuasif dengan upaya kolektif yang dilakukan stake holders dengan model mentranfer nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran (quranic value) yang merupakan basis pengetahuan santri “Innallaha La Yughuyyiru Bi Qoumin Hatta Yughayyiru Ma Bianfusuhim” (Allah tidak akan mengubah suatu kaum, hingga Ia berusaha merubah nasibnya sendiri).

Akan tetapi, hal tersebut bisa diterapkan dan berhasil pada sebagian besar santri dalam mendorongnya untuk berprestasi secara kognitif, namun kurang bisa diterapkan pada santri yang memiliki masalah pribadi yang mengganggu pikiran dan aktifitas di pesantren, baik disebabkan oleh permasalahan di lingkungan keluarga, teman sebaya maupun di pesantren sendiri, sehingga dalam pendekatannya perlu dilakukan model khusus termasuk melakukan rilis emosi sebagai treatment khusus pada santriwati Khairunnas Madura IBS.

Menurut Carl Gustav Jung (2022), maskulinitas itu memang di bangun oleh lingkungan dan kultur begitupun dengan perempuan yang di bangun oleh dominasi  perasaan atau emosionalitas, sehingga terkadang perempuan itu menggunakan 90 persen sisi emosionalitasnya dibandingkan dengan logika, sehingga konflik yang terjadi pada perempuan berkaitan dengan interpretasi emosi dan perasaannya, sehingga lebih lama dalam penyembuhannya. Apalagi di Khairunnas Madura IBS merupakan pesantren perempuan, sehingga penanganan psikologisnya harus lebih pruden dan berpola.

Terdapat beberapa pendekatan yang kami lakukan tentunya dengan menggunakan implementasi model konseling berbasis rilis emosi yang dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  1. Conditioning: membangun kondisi nyaman santri untuk bercerita dan kita mendengarkan saja apa keluh kesahnya, sebab tidak semua santri mau menceritakan masalahnya.
  2. Netral: upayakan kita terlihat netral, sehingga ada keberanian untuk bercerita, sebab kenetralan seoarang pendidik ternyata sangat disukai sekali santriwati.
  3. Trust: membangun kepercayaan dua arah bahwa apa yang diceritakan santri kita pastikan keep dan tidak bocor kesiapapun.
  4. Non Judging:kita membangun kepercayadirian santri untuk bercerita dan tidak menghakimi atas segala masalah yang diceritakannya, sebab sering sangat privasi sekali termasuk persoalan keluarga dan orang-orang terdekatnya.
  5. Releasing: membiarkan santriwati meluapkan segala emosinya termasuk marah, kecewa, sinis, sedih hingga menangis, hal tersebut dilakukan supaya mengurangi ketegangan pikiran, kecemasan dan potensi depresi (Fadli, 2019).
  6. Pray Emosional Release Methode: Sesekali kita mengingatkan untuk beristighfar atau berdzikir ketika santriwati berada pada puncak kemarahannya, kekecewaannya dan kesedihannya, sehingga menurunkan puncak emosionalnya secara perlahan.
  7. Self Evaluation: santri yang mengevaluasi problem dan biarkan mendesain solusinya sendiri kita hanya mengarahkan, sehingga secara pelan-pelan mampu mengonversi pikiran negatif ke positif.
  8. Hope: sesi terakhir biasa yang kita lakukan adalah dengan menanyakan padanya, apa keinginannya, dan apa yang diharapkannya, sehingga membangkitkan kembali semangatnya (Froom, 2024).

Seperti itulah model konseling rilis emosi yang selama ini Khairunnas Madura IBS lakukan dan Alhamdulillah hingga hari ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup signifikan dalam mengurangi tensi konflik diantara para santri, meskipun juga ada yang gagal. Meskipun demikian, biidznillah masih diberikan kemudahan dan kelancaran dalam melakukan pembimbingan pada santri Khairunnas Madura IBS, sehingga proses akademik dan non akademik bisa berjalan dengan baik. Wallahu A’lam Bi Ash Shawab. (PZ)

 

 

Daftar Pustaka

Fromm, Erich. (2024).Revolusi Harapan.Yogyakarta:IRCiCoD.

Fadli, R. (2019). Istigfar dan Taubat Dalam Alquran (repository.uinjkat.ac.id).

Fadli, R. (2019). Jangan Di tahan, ini cara yang tepat untuk melampiaskan amarah. www. Holodoc.com.

Jung, Karl Gustav. (2022).Maskulin. Teori-Teori Kritis Psikologinya.Yogyakarta:IRCiCoD.

Kuswatul Masfufah Zain, et al., (2024).Semerbak Mawar Merah. Gagasan Khas Perempuan KAMMI.Sidoarjo:CV Embrio Publisher.

Scroll to Top