Aku Berprestasi
Aku Berprestasi – Tolak ukur siswa berprestasi biasanya dilihat dari hasil belajar siswa yang memuaskan, misalnya dengan mendapatkan nilai bagus atau meraih prestasi dari kemampuan yang dimiliki.
Berapa banyak dari kita yang tumbuh dewasa sambil menundukkan kepala karena merasa tidak berprestasi? Kita kenal istilah “medioker” yang artinya cukup / sedang, orang yang biasa saja, seperti masyarakat pada umumnya, tidak spesial, tidak membanggakan.
Mungkin karena kita terbiasa memaknai prestasi sebagai sesuatu yang spektakuler dan mengagumkan di mata manusia, pergeseran makna prestasi ini terjadi. Sejak dulu kita mengenal prestasi sebagai juara 1, ranking 1, konferensi ke luar negeri, kerja di perusahaan multinasional, atau penemu teknologi teranyar. Selain itu biasa saja. Tak membuat manusia disebut berprestasi.
Padahal, prestasi adalah tiap pencapaian luar biasa yang meningkatkan ketaqwaan kita di mata Allah, yang membuat Allah dan Rasulullah cinta dan ridha.
Supir ojek online yang remuk badannya, bekerja dari pagi sampai malam untuk menafkahi keluarganya adalah prestasi. Seorang nenek buta penjual tempe, yang setiap hari menyedekahkan sebagian keuntungannya yang tak seberapa adalah prestasi.
Seorang anak yang rela meninggalkan dunia “masa mudanya” demi merawat ibunda tercinta adalah prestasi. Seorang ibu yang berjuang merawat delapan anaknya hingga menjadi orang-orang yang beriman adalah prestasi. Seorang pasien yang bertahun-tahun di tempat tidur, berjuang sembuh sambil beriring sabar dan syukur adalah prestasi.
Seorang muslim berusia 30 tahun yang mendirikan salat pertamanya adalah prestasi. Seorang nenek 60 tahun yang menyelesaikan hafalan Al-Qurannya adalah prestasi. Seorang remaja putri yang memutuskan berhijab setelah maju mundur bertahun-tahun adalah prestasi.
Aku berprestasi walau tidak terkenal, tanpa tropi, tanpa pujian, tanpa sorot lampu yang mencolok, tanpa panggung, tepuk tangan, dan semua decak kagum manusia, itu semua pretasi luar biasa di mata Allah.
Dan percayalah apresiasi Allah melebihi segala gemerlap dunia. Begitulah mengapa Allah mencatat dalam Al-Quran, tujuh pemuda yang rela terusir dan buron, demi menyelamatkan iman, adalah prestasi.
Budak hitam miskin, Luqmanul Hakim, yang bertakwa dan mendidik anaknya dengan baik adalah pretasi, atau sebaliknya, Nabi Khidr yang tentu saja berprestasi digambarkan sebagai seorang yang tidak terkenal. Maka, rayakanlah prestasi-prestasi senyap kita dengan senyap bersama Allah.
Ucapkan terima kasih tak hingga pada-Nya, atas pencapaian taqwa yang atas izin-Nya bisa kita lakukan. Bukankah itu karunia Allah yang sangat besar? Lalu tersenyumlah, tegakkan kepalamu, rasakan bahagia dan damai tak hingga.
Sebuah rasa dari syukur seorang manusia yang mencintai dan dicintai Allah. Selamat menorehkan prestasi-prestasi luar biasa!
Baca juga: The Power Of Barokah Guru, Dibalik Segudang Prestasi
Di Pesantren Khairunnas Santri akan difokuskan untuk menghafal Al-Quran dengan metode pembelajaran yang sudah banyak melahirkan Hafidz/ Hafidzah. Santri juga akan belajar dengan kegiatan kegiatan yang interaktif yang membantu Ananda untuk berfikir kreatif dan inovatif. Pesantren Khairunnas adalah Yayasan pendidikan yang didirikan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional terpercaya Nurul Hayat. SD Unggulan Surabaya, SMP Unggulan Malang Tuban Madiun, SMA Terbaik dan Unggulan Surabaya
Leave a Reply