Beranjak Dewasa Bertemu Realita
Beranjak Dewasa Bertemu Realita
Menjadi dewasa ternyata tak semudah yang aku kira. Janji-janji hati yang dulu begitu membara mengejar Surga seakan dibenturkan berkali-kali dengan realita.
Dulu, aku begitu bersungguh-sungguh mengatakan Al-Quran tak bisa dapat waktu sisa. Sekarang aku mulai menghitung-hitung, mengonversi waktu dengan materi atau pahala. Rasanya jauh lebih menguntungkan.
Kalau dulu, aku menggebu menyelesaikan satu proyek kebaikan menuju proyek kebaikan lainnya. Rasanya kelelahan itu mewah sekali, seperti memenangkan satu pertempuran menuju pertempuran lainnya.
Sekarang kesibukan dewasaku mulai menghampiri. Mengharuskan aku punya peran-peran baru yang menyita banyak waktu. Hati kecilku mulai bertanya, haruskah aku masih di sini? Dulu, aku begitu bersemangat berbagi dengan apapun yang aku miliki.
Merogoh kantong dalam-dalam, sambil merelakan keinginan-keinginan terpendam. Sekarang pikiranku begitu riuh saat kesempatan berbagi itu datang. Ada kebutuhan bulanan, ada tabungan, ada tanggungan, dan bermacam keinginan di masa depan.
Hati kecilku mulai bertanya, haruskah jerih payah ini terbagi? Semakin dewasa, teladan para Nabi dan Rasul jadi terasa jauh sekali. Apa itu manusia yang berangkat berperang meninggalkan hektar kebunnya yang siap panen? Apa itu seorang remaja belasan tahun yang ilmu dan pemahaman Al-Qurannya sudah mendalam? Apa itu pemimpin yang tak mengambil keuntungan sedikitpun untuk kemudahan hidupnya?
Saat nilai Al-Quran dalam kehidupan makin asing, jangan-jangan karena aku lah yang telah tertinggal jauh…
Maka mendekatlah pada manusia – manusia yang masih berjuang di sana. Lihat, ada seorang pria yang di usia senjanya akan menghadapi prosesi hukuman mati pengadilan tirani karena perjuangannya membebaskan Palestina.
Lihat, ada seorang ibu dengan lima anak yang sudah puluhan kali mendekam di penjara Israel, dalam ruangan sel isolasi berbau busuk, hanya karena rasa cintanya pada Masjid Al – Aqsha, Lihat, ada seorang profesor yang rela meninggalkan karier dan segala fasilitas hidupnya untuk mengabdi, mengajarkan ilmunya dengan cuma – cuma di sepetak kota yang tak layak di huni bernama Gaza.
Masih ada… mereka masih ada! Hanya kita yang sudah terlalu lama diam, lalai, bersantai, hingga tertinggal jauh sekali, hingga nyala itu meredup. Aku pun tersadar dan tertunduk malu. Bahwa aku belum kemana pun, belum berlari, belum berjuang, belum berdarah.
Merasa sudah berjasa? Merasa sudah selesai? pasti karena hatiku yang begitu kotor. Mendekatlah kembali, semoga kaki ini akan menapak lebih kokoh. Pandangan ini akan jauh, mimpi ini akan mengangkasa, berharap mampu menjejak langkah-langkah para pejuang yang sudah jauh berlari meninggalkan diri. Menyala lah kembali! Hiduplah dengan kematian yang Allah cintai!
Baca Juga : Semangat Buat Target agar Tepat Tercapai
Di Pesantren Khairunnas Santri akan difokuskan untuk menghafal Al-Quran dengan metode pembelajaran yang sudah banyak melahirkan Hafidz / Hafidzah. Santri juga akan belajar dengan kegiatan kegiatan yang interaktif yang membantu Ananda untuk berfikir kreatif dan inovatif. Pesantren Khairunnas adalah Yayasan pendidikan yang didirikan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional terpercaya Nurul Hayat. SD Unggulan Surabaya, SMP Unggulan Malang Tuban Madiun, SMA Terbaik dan Unggulan Surabaya.
Leave a Reply