Fakta Menarik Kehidupan Pesantren
Fakta Menarik Kehidupan Pesantren – Kebersamaan yang dirasakan seseorang ketika dia berada di dalam pondok pesantren sangatlah berbeda, dengan kebersaman yang dirasakan oleh mereka mereka yang berada di luar pesantren
Fakta Menarik Kehidupan Pesantren – Banyak yang bilang bahwa hidup di sebuah pondok pesantren itu sangatlah membosankan, tapi siapa sangka ternyata bagi sebagiaan orang yang sudah merasakan, bagaimana hiruk-pikuk kehidupan di sebuah pesantren, ternyata malah membuat mereka tak ingin keluar dari pesantren, bahkan dia akan merasakan kerinduan yang amat sangat ketika dia telah keluar dari pesantren.
- Santri, garda depan perjuangan kemerdekaan
Fakta Menarik Kehidupan Pesantren – Hari Santri digagas oleh Kiai Haji Thoriq Darwis dan jatuh pada tanggal 22 Oktober. Pemilihan tanggal ini bukan tanpa sebab. Jika dilihat dari catatan sejarah, tanggal tersebut merupakan peristiwa berdarah saat para pejuang mempertahankan kemerdekaan melawan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang datang sebagai perwakilan Sekutu untuk memerintah Indonesia yang telah merdeka.
Peristiwa tersebut adalah deklarasi Resolusi Jihad yang dilakukan KH Hasyim Asy’ari di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945. KH Hasyim Asy’ari menyerukan kepada para santrinya untuk ikut berjuang untuk menggagalkan misi para tentara Belanda. Berkat bantuan para santri inilah, pertempuran ini menewaskan pimpinan Belanda Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.
Namun, peran sentralnya pada masa revolusi kemerdekaan jarang terekspos dalam penulisan sejarah ‘resmi’ Negara, sehingga sulit sekali menemukan peran santri ditumpukan buku-buku sejarah Kemerdekaan Indonesia. Jadi, santri itu pahlawan nasional juga, ya. Lebih tepatnya, pahlawan nasional yang berakhlak mulia.
- Para santri masak sendiri di dapur pesantren
Masak sendiri merupakan salah satu hal yang mendewasakan dalam dunia pesantren. Tempo dulu, ketika belum ada kompor, santri masak memakai kayu bakar. Ketika musim hujan tiba, tak jarang banyak hanger atau sandal jepit yang hilang. Kemana hilangnya, ya, jelas ke tungku untuk memasak.
Namun, sekarang jarang santri yang masak sendiri, seiring dengan perkembangan jaman. Kebanyakan bila ingin masak sendiri santri akan mengagendakan makan bersama, dengan menu yang berbeda sesuai selera santri.
- Berebut mencium tangan Kyai
Pesantren mengajarkan santri untuk memulyakan ilmu dan ahlinya. Salah satu bentuk memuliakan tersebut adalah bersalaman dan mencium tanyan Kyai. Ini terjadi di semua pesantren-pesantren salaf, kecuali pesantren modern, namun masih ada juga disebagian pesantren modern mencium tangan kyai, biasanya terjadi setelah selesai mengisi kajian. Selain itu, bersalaman dan mencium tangan kyai adalah sebuah upaya untuk mengharap keberkahan agar mendapat ridla dari sang kyai.
- Dikejar setoran
Setoran di sini bukanlah setoran yang lazim terjadi antara sopir angkot dengan juragannya, namun setoran hafalan nadzaman dan syair-syair kitab ataupun setoran hafalan Al-Qur,an. Biasanya, para santri setoran hafalan tersebut kepada sang ustadz. Jika tidak memenuhi target, dan sampai bolos dan tidak menyetorkan hafalan si santri akan dita’zir dan lebih ekstrem lagi tak bisa naik kelas.
- Makan-makan bersama
Inilah yang membuat apapun makanannya akan enak terasa. Santri yang memasak, ketika sudah siap saji, makanan ditiriskan di lengser atau daun pisang. Kemudian dimakan secara bersama-sama oleh 5 – 10 orang. Meski nasi dan sayur masih panas, para santri tak peduli untuk melahapnya.
Soal tangan gosong atau lidah terbakar, itu soal nanti. Masalahnya, kalau tidak berani ambil resiko itu, dijamin tidak kenyang karena kalah dengan yang lain.
- Antri mandi
Pesantren yang jumlah santrinya ratusan hingga ribuan, ketika pagi dan sore hari akan ada pemandangan menarik di kamar mandi. Satu kamar mandi, bisa antre tiga orang. Jika tak sabar, yang ngantri akan menggedor-gedor pintu. Pasti yang di gedor-pun merasa risih, alhasil mau tidak mau bakal bergegas mandi dengan cepat.
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya buang hajat dengan pintu digedor-gedor. Untuk itu santri harus bisa mengatur jadwal mandi yang tepat.
- Terserang penyakit kulit
Penyakit kulit atau kudis, akrab bagi santri baru. Hal ini seakan menjadi “ujian” pertama bagi santri; apakah nantinya ia akan betah tinggal di pesantren atau tidak. Saking parahnya, santri yang terkena penyakit ini kadang sampai tak bisa duduk atau sulit jalan.
Mau dibawa ke rumah sakit, dokter, tak juga sembuh-sembuh. Walaupun sudah sembuh terkadang penyakit kulit ini balik lagi. Hanya waktu yang bisa menyembuhkannya, hingga badan kebal dan penyakit merasa bosan sendiri. Namun, itu dulu. Pesantren sekarang sudah banyak memiliki air bersih dan sanitasi yang memadahi.
- Tidur di lantai
Dulu tak ada ceritanya santri tidur di kasur. Tidurnya cukup merebahkan badan di lantai kamar, depan kamar atau serambi masjid. Untuk bantal pun seadanya. Hal itu sudah lebih dari cukup menghilangkan kantuk karena kesibukan ngaji pagi, siang sampai malam.
- Berebut jajanan
Sudah menjadi tradisi, ketika ada santri baru menerima bingkisan makanan atau sehabis pulang selalu membawa aneka jajanan. Ketika si santri datang diantar orang tua, seluruh anggota kamar akan bersikap dewasa dan melayani tamu dengan penuh penghormatan, seperti anjuran baginda nabi.
Namun sejurus kemudian, ketika para tamu orang tua atau wali santri itu pulang, akan segera terjadi kegaduhan: berebut jajanan. Ini suatu tradisi yang lazim terjadi di pesantren, meski latar belakang santri adalah seorang yang mampu. Berebut jajanan ini menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan.
- Mayoran
Istilah mayoran dewasa ini jarang terdengar. Ini adalah manifestasi kekompakan atau rasa syukur santri setelah mengkhatamkan kitab atau ada suatu syukuran lainnya. Biasanya, ada pengurus kelas yang menariki iuran lalu dibelikan makanan.
Kebersamaan dalam mayoran ini sangatlah seru, ditambah lagi terkadang ada teman yang gemar membuat lelucon sesaat makan bersama menambah keasikan dalam kebersamaan ini.
- Ta’zir atau Hukuman
Pesantren dimanapun memiliki peraturan. Jika ada santri yang melanggar, ia akan dihukum sesuai bobot pelanggarannya. Ada yang disuruh berdiri didepan masjid bila terlambat saat waktu sholat, dicukur gundul atau dipajang di depan pesantren dengan mengalungkan papan bertuliskan kesalahannya.
Ketika terjadi ta’ziran ini, biasanya semua santri menonton dan menyoraki. Ini pelajaran sekaligus tes mental dan melatih tanggungjawab.
- Tirakat
Para santri biasanya meminta rujukan kepada kyai akan amalan-amalan tertentu seperti: puasa, merutinkan shalat sunnah, manaqib, mujahadah, amalan tertentu dll. Amalan tersebut merupakan metode salafiyyah yang menjadi perekat masuknya ilmu ke hati.
Jadi, jangan heran kalau ada santri yang beda perilaku dengan yang lainnya , selama itu tidak menyimpang dari aqidah.
Menjadi santri yang teladan itu sangat penting, bukan hanya sebagai santri bermodal pasrah akan keadaan di pesantren belaka, tapi juga sebagai penghargaan dan investasi akhirat. Jadikan pembelajaran di pesantren sebagai momentum dalam meraih ilmu yang barokah, jangan sia-siakan waktu di pesantren, karena bila telah lulus nanti akan ada kenangan tersendiri yang bakal bikin kita teringat akan masa-masa pesantren.
Leave a Reply