Hikmah Dari Kisah Seorang Tunanetra
Hikmah Dari Kisah Seorang Tunanetra. Sebuah video singkat tiba-tiba muncul di beranda Media Sosialku. Dari sekian banyak video pendek dari berbagai platform media sosial yang ada, video ini menurutku sangat inspiratif. Alkisah ada seorang pengemis yang ‘mangkal’ di pinggir jalan dengan kotak plastik di depannya. Tentu, semua paham untuk apa kotak itu.
Sekian lama ia menunggu berharap orang-orang yang lewat melintas di depannya merogoh sakunya untuk mengambil uang dan mendonasikan uang itu kepadanya. Untuk meyakinkan semua orang, Ia pun menuliskan sebuah kalimat di karton kardus bekas bertuliskan : “I’m blind. Please help me” (Saya buta. Tolong bantu aku). Ya, pengemis itu memang seorang tunanetra.
Dengan tulisan yang terkesan meminta belas kasihan tersebut, ternyata tak ada orang yang peduli untuk sekedar menyisihkan uang receh dan memasukkannya ke kotak yang ia pegang.
Sampai akhirnya ada seseorang ia rasakan berhenti di depannya. Raut mukanya terlihat sangat senang menunjukkan harapan yang ia tunggu-tunggu lama akhirnya datang juga. Namun sosok yang berhenti itu pun tidak kunjung meletakkan uang di kotak yang sudah ia angkat lebih tinggi dari biasanya. Si pengemis itu pun kemudian memegang sepatu orang yang berhenti di depannya dengan tangannya seolah ingin mengenalnya.
Bukannya memberi uang, orang tersebut tiba-tiba mengambil spidol di samping pengemis dan menuliskan sebuah kalimat di balik karton kardus yang sebelumnya ditulis “I’m blind. Please help me”. Orang itu pun berlalu pergi dengan tanpa memberikan uang sepeserpun.
Nampak raut muka si pengemis murung karena harapannya kembali pupus. Ia tadinya sangat berharap, orang yang berdiri di depannya mau memberinya uang untuk membantunya. Namun ternyata ia hanya menuliskan sesuatu menggantikan kalimat “I’m blind. Please help me” yang ia tak tahu kalimat apa itu.
Tak lama setelah seseorang misterius tersebut berlalu, tiba-tiba berbunyi uang koin masuk ke kotaknya. Ia pun merasa senang. Belum hilang rasa itu, kembali suara koin lebih banyak masuk ke kotak yang ia bawa. Ia pun terkaget-kaget karena tiba-tiba banyak orang yang memberinya uang. Hampir setiap orang yang lewat memberinya uang setelah membaca tulisan baru di karton kardus itu.
Tiba-tiba, sebuah langkah berhenti di depannya. Si pengemis pun tertegun dan merasakan bahwa ia mengenal langkah itu. Pelan-pelan si pengemis itu memegang sepatu orang itu dan tahu bahwa ia lah yang menulis kalimat itu. Si pengemis itu pun penasaran dan bertanya kepada sosok misterius itu, apa kalimat yang ia tulis?
“Aku hanya menuliskan hal sama dengan apa yang kau inginkan. “Today is a beautiful day and I cannot see it”. (Hari ini sangat indah, namun aku tak bisa melihatnya),” jawab sosok misterius itu.
Dari kisah ini, kita bisa ambil hikmah bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa untuk membangun dan juga menghancurkan. Kata-kata dan ucapan kita bisa menjadi obat yang menyembuhkan luka atau bisa menjadi pisau yang memperdalam luka. Sebuah komentar negatif dapat dengan mudah merusak reputasi seseorang atau komunitas yang dimilikinya. Sebaliknya, kata-kata pujian dan dukungan dapat menginspirasi dan memberdayakan.
Dalam konteks hubungan interpersonal, kata-kata dan ucapan yang baik dan positif dapat memperkuat ikatan dan membangun kepercayaan. Sebaliknya, kata-kata dan ucapan yang kasar dan negatif dapat merusak hubungan dan menimbulkan konflik.
Sehingga sudah seharusnya kita selalu berusaha untuk hati-hati memilih diksi dan menggunakan kata-kata yang positif, mendukung, dan bersifat membangun. Terlebih di era digital saat ini, di mana setiap orang bisa mengatakan apa yang diinginkan dan meluapkannya melalui media sosial. Jika tidak bisa menahan diri maka setiap kata yang ditulis dapat dengan cepat menyebar luas melalui media sosial.
Sebuah hadits mengingatkan, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).
Dalam al-Qur’an pun diingatkan pada Surat Fatir ayat 10 yang artinya : “Siapa yang menghendaki kemuliaan (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik dan amal saleh akan diangkat-Nya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang sangat keras dan rencana jahat mereka akan hancur.”
Dari kisah dan panduan Al-Qur’an dan hadits ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kata-kata walaupun itu sederhana namun positif akan mampu merubah dunia. Maka di era digital saat ini, penting bagi siapapun yang memiliki kemampuan menarasikan hal positif untuk tak lelah memproduksi narasi-narasi inspiratif untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik penuh dengan cinta dan harmoni.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” – Pramoedya Ananta Toer.
Source : nu.or.id
Leave a Reply