Membangun Rumah di Surga
Membangun Rumah di Surga adalah keinginan setiap insan. Karena Allah S.W.T telah menjanjikan balasan berupa Rumah di Surga dengan berbagai amalan yang bisa kerjakan.
Mari bangun rumah di surga, dan mari bangun surga di rumah..
Alhamdulillah atas izin Allah kita awali tahun ini, kita mulai semester ini dengan semangat dan ikhtiar yang lebih luar biasa lagi setelah kita kemarin bersama mendapatkan ilmu dan motivasi dari Ustadzah Ida Husnur Rahmawati, Lc. MHI. Beliau menyampaikannya dalam acara Forum Orang Tua dan Guru yang diadakan oleh Hafidz Junior Nurul Hayat, yang dilaksanakan di Hall Annuur Yayasan Nurul Hayat.
Menjadi seorang Hafidz atau penghafal Al-Qur’an adalah sebuah prestasi yang tidak hanya akan membuat bangga di dunia, namun juga di akhirat kelak. Kebanggaan tidak biasa karena kebanggaan ini menyangkut sebuah keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Apalagi bagi seorang hafidz, dia akan mampu menjadikan kedua orangtuanya mendapat kemuliaan dan mahkota di Surga dari Allah kelak, tentu bisa disebut bahwa itulah sebuah bakti luar biasa anak kepada kedua orangtuanya.
Mari kita bersama kembali menghadirkan ruh Al Qur’an dalam keluarga. Melalui tilawah dan murajaah ananda, anak-anak kita adalah ladang amal bagi kita. seperti yang disampaikan Ustadzah Ida, semua pahala dan kebaikan anak termasuk nilai pahala murajaah dan tilawah yang perhurufnya 10 kebaikan, itu semua mengalir kepada kita sebagai orangtua.
Jika menghafal itu menjadi rutinitas, sudah seharusnya murajaah itu menjadi prioritas. Kita pastikan anak-anak kita satu kali 24 jam tidak ketinggalan dari berinteraksi dengan Al Qur’an, hatta meskipun hanya 1 ayat, meskipun cuma 1 menit.
Segala sesuatu yang istimewa itu perlu dipaksa. Kita bersama paksa anak-anak kita untuk terus dekat dengan Al Qur’an, terus bersama Al Qur’an. Paksa disini adalah kita paksa dalam ikhtiar, seperti disampaikan diatas meskipun hanya 1 ayat, meskipun hanya 1 menit, yang pasti 1x 24jam ananda tidak tertinggal dari berinteraksi dengan Al Qur’an.
Dengan kontinyu dan istiqamah begitu, akan ada masa dimana ananda kalau tidak ngaji tidak nyaman, tidak murajaah tidak nyaman, karena dari awal kita sudah memaksa ananda untuk dekat dengan Al Qur’an, meski sedikit tapi istiqomah dan maksimal, sehingga hadir ruh Al Qur’an di dalam keluarga.
Pertanyaan nya, jika kita sibuk atau tidak ada waktu menemani ananda murajaah terus bagaimana?
Opsinya minimal diputarkan murattal, karena di fase menghafal lancar/tidak, jika di putarkan murattal secara tidak langsung ananda tetap akan membayangkan ayat dan mengikuti nya tanpa sadar. Garis besarnya tetap, kita jangan biarkan ananda 1x dalam 24jam tidak berinteraksi dengan Al Qur’an.
Semoga Allah bimbing kita, menjaga niat baik kita, meluruskan niat kita, dan menjaga anak-anak kita sehingga kita dapat membangun rumah di Surga dan dikumpulkan dengan keluarga kita kelak di akhirat.
Tidak ada yang lebih sempurna dari Rasulullah SAW dalam pengasuhan anak. Maka, berilah ruang dalam hati kita untuk menerima bahwa kita bisa salah. Maka tidak perlu kita mengatakan, “Kami merasa gagal menjadi orangtua”, namun katakanlah, “Bersama Allah, kami bisa lebih baik lagi”.
Kemampuan orangtua mendidik anak ada batasnya, sedang pintu pertolongan Allah tiada terbatas. Maka iringi proses mendidik anak dengan doa.
Leave a Reply