Karakter Anak : Menangani Perilaku Konsumtif pada Anak (Part 2)
Masih ingatkah dengan poin-poin apa saja yang bisa diterapkan untuk menangani perilaku
konsumtif pada anak? Hari ini kita akan membahasnya satu-persatu. Pembahasan agar kita lebih mengerti dan mampu mengembangkan karakter anak.
- Buat akad dengan anak tentang tugas ayah dan ibu perihal memenuhi kebutuhan anak
Buatlah akad antara orangtua dengan anak, beri mereka pemahaman bahwa tugas ayah dan ibu
adalah mempersiapkan anak agar bisa hidup mandiri dan berpisah dengan ayah dan ibu. Ayah dan ibu
tidak selamanya memenuhi dan mengururs kebutuhan anak. Ayah dan ibu tidak wajib memenuhi
kebutuhan anak sampai mereka wafat. Batas orangtua memenuhi kebutuhan dan keinginan anak bisa
disesuaikan dengan kesepakatan antara orangtua dan anak. Jika merujuk pada Islam bisa diambil batas
untuk anak laki-laki ketika mereka baligh, dan anak perempuan ketika mereka menikah. Atau jika
merujuk pada hukum Negara bisa diambil batas ketika anak berusia 17 tahun (laki-laki). Bisa juga dipakai
orangtua, batas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan anak laki-laki 25 tahun dengan
pertimbangan sudah lulus S-1 dan 2 tahun pencarian kerja. Untuk anak perempuan sampai mereka
menikah. Jika sampai usia > 25 tahun masih belum bisa mandiri, orangtua hanya memenuhi kebutuhan
anak saja seperti makan, tempat tinggal, dan pakaian bukan keinginan. - Ajari anak menghabiskan uang, bukan hanya menyimpan uang
Ajari anak bagaimana mengelola uang dan mengatur pengeluaran terlebih dahulu baru menyimpan
uang. Karena menghabiskan uang lebih mudah dibanding menyimpannya. Hal ini bisa diterapkan dengan
adanya uang saku di poin ke 6 - Hilangkan kata JAJAN
Mengapa kita harus membiasakan untuk menghilangkan kata JAJAN? Agar anak tidak beranggapan
bahwa jajan itu sebuah kewajiban/keharusan, seperti yang terjadi di sekitar kita saat ini, seolah-olah jika
anak tidak jajan anak akan merasa ada yang kurang di jiwanya. Ganti kata JAJAN dengan BUTUH, contoh
ketika belanja di pasar atau tempat belanja lainnya, tanya pada anak “Butuh apa Nak?” Agar anak
terbiasa berpikir apakah yang akan dibelinya benar-benar dibutuhkannya. - Buat jadwal snacktime
Agar anak tidak terbiasa jajan dan membatasi anak makan snack, buat jadwal snack time di keluarga.
Misal setiap tanggal 10 dan 20 setiap bulannya adalah jadwal anak boleh membeli snack apa saja yang
mereka inginkan. Rapatkan penentuan tanggal dengan anak, libatkan anak. Jika snack yang diinginkan
anak terlalu banyak batasi dengan jumlah anggaran untuk setiap anak, misal satu kali snack time Rp.
50.000/anak. Ini bisa diberlakukan untuk semua usia, namun saran saya snack time ini diberlakukan
untuk anak usia < 7 tahun, untuk anak usia > 7 tahun bisa dengan program uang saku. Jika di rumah ada
snack yang disediakan orangtua juga boleh. Hal di atas berlaku untuk snack yang diinginkan anak. Jika
ada snack di rumah dan anak tidak mau makan ya berarti nunggu jadwal snack time untuk membeli
snack yang dia inginkan. - Jangan beri kewenangan anak memegang uang di usia <7 tahun
Jika anak usia < 7 tahun ingin membeli sesuatu jangan biasakan mereka untuk berkata “Bu ingin beli
JAJAN” biasakan mereka untuk mengatakan dengan jelas apa yang mereka inginkan, contoh “bu ingin
beli ice cream/kripik/krupuk/susu” Jangan biarkan anak beli sendiri, belikan. Tanya “Butuh apa nak?”
lalu belikan. Karena anak < 7 tahun masih kurang pemahaman tentang apa pekerjaan orangtua,
bagaimana usaha orangtuanya mendapatkan uang. Hal ini bertujuan agar anak tidak menyepelekan
uang dan lebih menghargai uang. - Buat program uang saku untuk anak >7 tahun
Uang saku ini diperuntukkan untuk keinginan-keinginan yang ingin dibeli anak, untuk kebutuhan
masih ditanggung orangtua. Istilah uang saku ini jangan diganti dengan uang JAJAN. Agar anak tidak
menggunakan uangnya untuk jajan semua seperti poin ke-3. Adanya uang saku ini bertujuan untuk
mengajari anak mengelola uangnya dan mengendalikan keinginannya. Uang saku bisa diberikan
seminggu sekali atau dua minggu sekali untuk permulaaan. Misal satu hari Rp. 5000, maka berikan di
awal pekan Rp. 35.000 untuk satu pekan. Ada beberapa ujian yang mungkin terjadi ketika orangtua
memberlakukan uang saku ini pada anak, nah ujiannya apa saja ya, apa keseruan diberlakukan uang
saku dan apa tantangannya untuk anak, kita bahas di artikel selanjutnya yaaa. - Batasi keinginan anak dengan adanya jadwal
Pada dasarnya anak itu butuh kepastian. Nah untuk itu, untuk mengurangi kerewelan anak apalagi
usia < 7 tahun buatlah jadwal untuk anak, seperti Jadwal beli mainan, jadwal membeli buku, jadwal
membeli snack. Jadwal membeli mainan dan buku bisa dilakukan sebulan sekali. Jadwal membeli snack
bisa dilakukan seminggu sekali untuk usia < 7 tahun (> 7 tahun dengan uang saku). Buatlah jadwal
dengan anak. Jadwal boleh diganti asal ada alasan yang tepat. Agar tidak melebihi batas, buatlah
batasan uang, misal batasannya Rp. 50.000, jika anak menghabiskan lebih dari Rp. 50.000 maka sisanya
memakai uang sendiri (> 7 tahun, dengan uang sakunya)
Untuk mendukung agar anak tidak terbiasa jajan, bisa diberlakukan Cathering di sekolah, dan tidak
diberlakukan adanya kantin sekolah.
Di Pesantren Khairunnas, khususnya SMP Unggulan SMP Tahfidz Khairunnas, Ananda dilatih untuk mandiri termasuk dalam melatih ananda untuk bisa mengatur keuangannya, sehingga karakter anak bisa dikembangkan dengan baik.
Yayasan Pendidikan Khairunnas merupakan yayasan yang didirikan oleh Yayasan & Laznas Nurul Hayat yang fokus pada pengabdian lembaga pada dunia pendidikan di Indonesia melalui Sekolah Islam Terpadu Khairunnas. Berdiri sejak 2018 di Surabaya. Alhamdulillah saat ini telah mengembangkan pendidikan Islam dan karakter anak dalam berbagai jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan usia dini (KB-TK), SD, SMP, SMA dan Kuliah (Kampus Entrepreneur Penghafal al-Quran)
Leave a Reply