Nilai Kesederhanaan di Pondok Pesantren
Nilai Kesederhanaan di Pondok Pesantren – Dalam perspektif Islam, kesederhanaan secara global berarti membebaskan diri dari segala ikatan yang nyatanya bukan sebuah kebutuhan, demi menggapai kebahagiaan yang hakiki, baik kini di dunia maupun kelak di akherat.
Nilai Kesederhanaan di Pondok Pesantren – Lalu, apa pentingnya penanaman hidup sederhana dalam pesantren bagi santri ? Sebagai lembaga Pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren mempunyai peranan penting dalam menanamkan, melestarikan dan mempertahankan kemurnian nilai-nilai ajaran agama islam dari generasi ke generasi.
Kesederhanaan adalah hal penting dalam hidup dan kehidupan. Jiwa sederhana santri terbentuk bila dibina sejak dini. Sedehana bukan berarti miskin. Sederhana mengajarkan seseorang paham akan aspek kehidupan. Sederhana dalam kebutuhan primer, kebutuhan sekunder Dan kebutuhan lain-lain nya.
Pondok Pesantren telah mengajarkan kepada santri akan jiwa kesederhanaan. Sekali lagi sederhana bukan berarti miskin. Santri melakukan segalah hal untuk kelangsungan hidupnya di pesntren, seperti membersihkan kamar, merapihkan lemari, membersihkan lingkungan Pesantren, makan siang-malam dengan tahu-tempe. Artinya, para santri menerima hal-hal tersebut tidak dengan instan dan tinggal pakai,tinggal bersih. Namun, merekalah yang melakukan segalah hal dan makan yang cukup sederhana.
Aktifitas santri di Pesantren tidak pernah putus selama 24 Jam, merekan mengikuti kegiatan-kegiantan Pesantren yang telah di buat oleh organisasi atau pengasuh santri. Maka dari itu, hidup di Pesantren pastilah hidup melelahkan. Kelelahan akan terasa nikmat jika santri berada di asrama dan beristirahat. Kata guru kami, lauk yang paling enak adalah lapar. Kasur yang paling empuk adalah lelah. Santri adalah manusia tangguh dan tidak cengeng. Hidup dimana saja bumi memanggil
Begitu pula hidup sederhana, pesantren telah lama menanamkan pola hidup sederhana kepada para anak didik, atau lebih dikenal dengan sebutan santri. Kesederhanaan santri merupakan bentuk dari kerendahan hati dan suatu proses yang nantinya akan mengantarkan diri menuju insan yang berkualitas, senantiasa bersyukur atas apa yang dianugerahkan Allah, dengan hidup apa adanya, bukan dengan ada apanya.
Syukur adalah kunci utama dari kebahagiaan. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist oleh Abu Hurairah R.A sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُم(متفق عليه)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu” (HR. Bukhari-Muslim)
Memahami dari hadist di atas bahwa kunci bahagia adalah bersyukur kepada Allah SWT. Atas segala nikmat yang diberikannya, mensyukuri pada apa yang ada serta tidak membanding-bandingkannya pada apa yang tidak ada dengan orang lain. Dengan begitu kita juga secara sikap bersedia menerima segala ketetapan Allah SWT.
Leave a Reply