Peran Ayah di Tengah Wabah
Kejadian yang tidak biasa, menuntut tindakan yang juga tak biasa. Ditengah berita wabah corona, justru Ayah harus mengambil perannya. Inilah ujian atas jiwa QOWWAM, jiwa seorang pria yang bukan lelaki biasa.
1. PERAN AYAH : Sehatkan Diri
Ayah harus sehat, dan sehatnya fisik adalah pancaran dari sehatnya hati. ketenangan hati datang lebih dulu sebelum ketenangan pikiran. Maka, positive feeling itu menjadi imam atas positive thingking. Bagaimana caranya menjaga positive feeling? Kita buka kembali ayat favorit, yaitu QS. An Nahl : 78. Urutannya adalah pendengaran, penglihatan, baru kemudian perasaan (hati). Menjaga positive feeling berarti menjaga hanya mendengar yang positif, serta menjaga hanya membaca yang positif.
Cukup tahu inti beritanya saja tentang Corona Virus Desease (Covid-19). Setelah tahu intinya, bila ingin menutup/block/isolasi diri/lock down semua sosial media dan pemberitaan tentag corona, boleh. Itu hak seorang Ayah atas dirinya sendiri. Demi menjaga kesehatan dirinya yang sumbernya adalah perasaan.
Apalagi bagi ayah-ayah yang punya sifat gampang panikan, opsi untuk mengisolasi diri dari pemberitaan corona adalah opsi terbaik. Bagaimana jika terpaksa harus buka gadget karena pekerjaan? Maka, kapanpun melihat pemberitaan corona, JANGAN TERGIUR untuk membukanya. Fokus pada apa maksud mengaktifkan gadget ini, yaitu : pekerjaan. Bukan mendengar video atau membaca tentang pemberitaan.
2. PERAN AYAH : Sehatkan Istri
Beruntunglah bila istri anda punya inisiatif bertanya, “Ayah, menghadapi wabah corona ini, bagaimana sikap kita sebagai keluarga?”. Bersyukur bila istri yang membuka obrolan. Tapi, jika tidak ada obrolan pembuka, justru yang terjadi adalah kepanikan di dalam rumah, seperti tiba-tiba istri minta beli beras berkarung-karung, minta beli masker mahal-mahal, minta beli hand sanitizer berpuluh-puluh liter padahal hanya untuk digunakan dirumah, atau sedikit-sedikit bi;ang “Hati-hati!”, “Awas!”. “Bisa ,ati loh kalau ke luar rumah!” Maka, itu tanda justru Ayah yang harus mengawali obrolan.
“Bu, kapan ada waktu untuk ngobrol? Ayah mau bahas soal corona.” (Maksudnya adalah mau menyamakan persepsi antara Ayah & Ibu dalam mendengar, melihat, dan merasakan soal berita corona ini). Sarannya, apapun obrolannya, ujungnya haruslah yang membuat hati tenang. Karena mengutip kata Ibnu Sina (Pelopor ahli kesehatan dunia) : “Kepanikan adalah separuh penyakit, dan ketenangan adalah separuh obat”.
3. PERAN AYAH : Sehatkan dan didik anak
Jika ayah dan ibu sudah sama persepsinya dalam mendengar, melihat, dan merasakan soal berita wabah ini, maka ini akan mudah untuk diyakini oleh anak sebagai perspektifnya juga. Peran ayah ditengah wabah yang paling banyak harus dimunculkan justru adalah Peran Mendidik. Maka, bila tulisan ini sampai kepada pemilik kebijakan kurikulum di sekolah, yang memutuskan untuk muridnya belajar dari rumah, sarannya : biarkanlah kurikulum selama murid di rumah itu disusun oleh ayahnya.
Biarkan menjadi Personalized Curriculum. Ditengah kondisi yang tidak biasa ini, kurang teapat jika kueikulum sekolah itu dipindahkan ke dalam rumah. Kemampuan orangtua dalam mendidik tidak sama dengan kemampuan guru. Jika salah-salah, school from home ini justru bisa menambah rasa tegang dan panik. Efeknya? Imunitas turun.
Jadi, kita ganti School From Home menjadi Learn From Home.
Ditengah wabah, kurikulum yang lebih diutamakan bukanlah Knowledge (pengetahuan), tapi Attitude (sikap), dan skill (kemampuan).
Biarkanlah ayah menyusun kurikulum rumahnya untuk anak, setelah itu guru cukup mendapat laporan perkembangannya saja, ini sumbang saran.
Berikutnya, pendidikan dari ayah kepada anaknya di tengah wabah ini adalah mendidik rasa peduli. Dimasa wabah ini, 2 kebutuhan utama masyarakat adalah : alat bantu lesehatan bagi tenaga medis dan pemerataan bahan pokok.
Ayah bisa mulai mendidik anaknya untuk peduli dan menjadi contoh/teladan berdonasi dari dalam rumah. Atau mengucapkan terima kasih kepada ojol yang mengantar barang/makanan. Atau berbagi dengan tetangga dekat dalam jarak aman tentu saja. Sampaikan konteksnya, ayah bisa bercerita dan menggunakan ananlogi.
Pendidikan berikutnya dari ayah kepada anaknya di tengah wabah adalah pendidikan kesehatan.
Misalnya, ayah mendidik tentang pentingnya menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi bahan-bahan alami, seperti membuat air rebusan jahe + madu, atau campur dengan kunyit dan lemon. Mulai juga memperkenalkan khasiat brokoli bagi paru-paru, ini sangat kuat sekali kontekasnya dengan wabah corona. Atau manfaat buah-buahan, kurma dan seterusnya.
Terakhir, yang paling utama adalah Ayah mendidik keimanan anak tentang sehat & sakit. Bahwa setiap hari setiap saat, kita ini menghirup udara yang berisi virus dan mikroba. Tapi mengapa selama ini kita tidak sakit? Karena tidak di izinkan oleh Allah untuk sakit.
Kepada anak yang akalnya sudah bisa diajak diskusi, ayah bisa membalas makna “di izinkan Allah untuk sakit”. Ikhtiar sikap, pikiran, dan kondisi hati manusai lah yang menghantarkannya kepada izin Allah sehingga dia sakit/sehat. Tentu saja masih ada lagi yang lainnya peran-peran ayah di tengah wabah ini. Kesimpulannya adalah.. bagaimana keluarga ini menyikapi wabah, keptusannya ada pada ayah.
Di Pesantren Khairunnas Santri akan belajar dengan kegiatan kegiatan yang interaktif yang membantu Ananda untuk berfikir kreatif dan inovatif. Pesantren Khairunnas adalah Yayasan pendidikan yang didirikan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional terpercaya Nurul Hayat.
Leave a Reply