Tips Betah Di Pondok Pesantren
Pondok Pesantren diakui ataupun tidak menjadi salah satu pendidikan nonformal yang kadang kala dibarengi dengan pendidikan formal. Namun tak ayal, ada sebagian santri yang tinggal di pesantren dipaksakan oleh orang tuanya, sehingga menjadikan alasan seorang anak tidak betah di pesantren. Apalagi ditambah jauh dari orang tua, masakan yang ada tak seenak di rumah, penggunaan kamar mandi yang harus mengantri, dan kiriman uang yang kadang kala terlambat.
Pastinya, untuk doktrin awal tinggal di pesantren haruslah ditetapkan hati mempelajari ilmu agama Islam terlebih dahulu. Barulah setelah itu belajar materi pendidikan lainnya, seperti hal matematika, kimia, biologi, dan lain sebagainya. Meski kenyataannya di zaman sekarang ini keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Baca Juga : Pembelajaran Digitalisasi di Era Modernisasi
Tips Betah Tinggal di Pondok Pesantren
Menjadikan anak betah di pondok pesantren tidak semudah mengembalikan telapak tangan. Bahkan semuanya dibutuhkan proses sekaligus waktu yang panjang. Oleh karena itulah, dari banyak cerita sekaligus pengalaman penulis yang pernah tinggal di pondok pesantren, berikut ini tipsnya.
1. Niat menjadi modal yang kuat.
Keberadaan niat dalam menuntut ilmu agama menjadi pondasi awal yang harus ditekankan pada seorang anak atau orang tua yang ingin menitipkan anaknya tinggal di pondok pesantren. Niat ini tentu saja paling penting menghilangkan kebodohan. Tak peduli masa depannya akan jadi apa, haruslah diyakini bahwa ilmu membuat semuanya menjadi mudah.
Bahkan hadits paling shahih dalam Kitab Arbain Nawawiyah terdapat sabda Rasululloh saw yang berbunyi “Innamal A’malu Bin Niyat” artinya, sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.
2. Patuhi aturan awal membentuk kesadaran.
Tips yang bisa dilakukan selanjutnya agar betah tinggal di pondok pesantren ialah dengan mematuhi seluruh aturan. Peraturan ini biasanya berkaitan dengan larangan-larangan membawa telepon.genggam, memakai celana ketat, bermain game, berpacaran, sampai larangan merokok bagi yang masih sekolah. Adanya aturan tersebut dibuat tidak lain agar menciptakan keteraturan sosial sehingga nantinya setiap orang yang tinggal di pondok pesantren membentuk kesadaran.
Meskipun setiap pesantren memiliki aturan yang tidak dapat digeneralisasikan, biasanya ada bentuk pelanggaran yang diberikan ta’zir (hukuman). Jikalau hukuman ini dilakukan, seseorang biasanya menjadikan alasan tidak betah untuk tinggal di pondok pesantren.
3. Mendengarkan perkataan kiai agar semuanya memiliki arti.
Ketika awal tinggal di pesantren biasanya ada nasihat-nasihat yang disampaikan oleh kiai ataupun dewan asatidz terkait dengan tanggung jawab sekaligus kewajiban yang harus dilakukan. Perihal ini menjadi bagian penting harus dijalankan, pasalnya untuk bisa betah dan berkah selama tinggal di pesantren salah satunya dengan bersikap sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami taat).
4. Aktif dalam kegiatan menjadi modal kenyamanan.
Banyak bentuk kegiatan yang ada di pondok pesantren, mulai dari kegiatan yang wajib dilakukan santri seperti hafalan, lalaran, dan lainnya. Adapula kegiatan tambahan, contohnya bersih-bersih lingkungan pesantren (ro`an), olahraga, pramuka, maupun seni hardoroh.
Semua kegiatan yang ada ini menjadi modal untuk menciptakan kenyamanan sekaligus memberikan dorongan untuk saling mengenal satu sama lain. Jika tidak ada kesibukan langkah mudah untuk betah tinggal di pesantren ialah mengikuti kegiatan tersebut, tentu dengan catatan semua kegiatan tambahan dikerjakan setelah kegiatan wajib dilakukan.
5. Suka menyendiri membuat hidupmu sepi.
Bagian ini barangkali terjadi ketika awal-awal tinggal di pesantren, khususnya untuk pemula. Dimana tanda anak tidak betah di pesantren biasanya suka sendirian tatkala selesai mengaji ataupun shalat berjama’ah. Padahal jika disadari, sikap kesendirian tidak menjadikan pribadi yang lebih baik malah sebaliknya menjadi pribadi yang tertutup.
Sebagai bagian dari makhluk sosial tentu saja, semua orang membutuhkan hubungan pertemanan. Sehingga langkah agar betah di pesantren jangan pernah berpikir bahwa hanya kamu saja yang memiliki beban, semuanya punya permasalahan namun diatasi dengan menjalin hubungan pertemanan.
6. Orang tua di rumah membuat semangat bertambah.
Tak ada orang tua yang menginginkan anaknya untuk gagal dalam menjalani kehidupan. Semua orang tua berkeinginan agar keturunannya bisa lebih baik. Salah satu dilakukannya ialah dengan menitipkan anaknya tinggal di pondok pesantren. Korelasinya dengan hal tersebut setidaknya bagi anak yang berbakti, ketika terbesit bosan tinggal di pesantren dan ingin kabur haruslah mengingat perjuangan yang telah orang tua lakukan. Perjuangan ini bukan hanya sebatas materi namun do’a-do’a yang dilakukan keduanya setiap hari.
7. Sikap penerimaan agar tidak ada penyesalan
Ketetapan Allah yang membuatmu diharuskan tinggal di pondok pesantren sejatinya menjadi bagian awal dari hidayah yang diberikan. Di pesantren inilah karakter dan kepribadian dibentuk, mulai cara bersikap, berucap, sampai dengan bertindak. Semuanya pasti bermanfaat untuk masa depan.
Maka, tak ayal lagi yang harus diingat, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Sebagai santri harus menyadari bahwa ia menjadi orang terpilih, sehingga konsekuensinya berusaha bersabar dan nikmati keadaan agar ke depan tidak ada penyesalan.
Klik gambar di bawah untuk pendafataran KEPQ
Source : https://lampung.nu.or.id/
Leave a Reply